Bunga Pentas


 Cantik nan  indah mempesona, penampilan bunga Pentas( Pentas lanceolata), memiliki jumlah bunga begitu banyak.Sungguh sangat menawan seperti bintang bintang kecil, karenanya bunga ini disebut bunga Egyptian Star, bunga Bintang Mesir.Bunga Pentas muncul diujung batang pada ketiak daun, berbentuk mungil bergerombol dengan warna terang cantik seperti pink, ungu dan putih sangat memanjakan mata.Bunga ini bergerombol membentuk bulatan setengah lingkaran mencolok diantara daun daunnya yang hijau. Mirip seperti bunga Asoka ataupun Hoya namun jika dilihat secara seksama kedua tanaman ini beda pada bentuk daunnya seperti daun kemangi. Berasal dari Africa Timur, bunga Pentas sangat digemari karena sesuai dengan iklim tropis Indonesia.Bunga Pentas memiliki tinggi tanaman 15- 30 cm selain memiliki keindahan juga memiliki manfaat.Sangat terkenal karena kecantikannya, setahun berbunga hingga 4 kali, berwarna cantik disebut sebagai tanaman pelindung bagi tanaman hias lainnya dan pengusir hama alami.Cara menanam bunga Pentas sangat mudah, hanya memerlukan media tanaman sekam 70% dan pupuk organic yang dicampur dengan tanah subur sebanyak 30%. Cara mudah untuk menanam dan memperbanyak bunga Pentas adalah dengan memotong batang diatas sepasang daun pertama dengan kemiringan 45" di pagi hari, buang semua daun terkecuali yang berada diatas, celupkan kedalam hormon akar sebelum ditanam di tanah atau pot.Bunga Pentas banyak ditanam di pot pot karena warnanya yang sangat cantik dan indah. Bunga Pentas rela dicabut dan ditempatkan ditempat yang sempit walaupun merasakan sakit yang sungguh luar biasa, hidup didalam pot ditempat terbatas tidak nyaman tetapi tetap bertahan hidup.Bunga Pentas menjadi pribadi yang berani mencoba pengalaman baru , dengan ketidak nyamanan tetap menggunakan potensinya untuk bertumbuh kearah yang baik.Belajarlah dari bunga Pentas di dalam pot, walaupun dalam keadaan sempit dan terhimpit, bunga Pentas selalu mencoba untuk terus tumbuh dengan cantik dan indahnya.( Filosofi bunga dalam pot).
Selamat Pagi.
A. Kussemiarti.

Komentar