Bunga Gletang


 Bunga Gletang( Tridax procubens) adalah bunga liar sebagai gulma, merupakan sepupu dari bunga Aster.Bunga ini termasuk kedalam suku Asteraceae ( keluarga bunga Matahari) yang merupakan kelompok terbesar dari tanaman berbunga.Berasal dari Amerika, di Jawa bunga Gletang pertama kali tercatat pada tahun 1875 dan semenjak itu merambah ke seluruh Nusantara, menyebarkan bunganya melalui angin sebagai bunga gulma namun bukan merupakan gulma yang berat.Bentuk bunga kecil kecil menyerupai' kancing jas' dalam bahasa Inggris disebut bunga Coat Buttons dan dalam bahasa Jawa disebut bunga Londotan, Songgolangit. Bentuk bunga relatif pendek, ' songgo' artinya 'menyangga' , langit' langit'. Karenanya bunga ini mempunyai arti harafiah yakni menyangga langit. Meski tubuhnya pendek, Bunga  biasanya berada ditempat yang tidak becek dan terutama ditanah berbatu, dilapangan lapangan rumput, persawahan yang kering , tepi jalan kereta api, tepi sungai dan lahan terlantar.Batang bulat, sering keunguan,daun daunnya berhadapan, bertangkai, helai daun bundar telur memanjang. Bunga Londotan berbentuk lonceng, bunga tepi 5 -6 kuntum  melengkung atau tegak dengan batang berbunga setinggi 15 hingga 35 cm, permukaan daun kasar dan berbulu.Bunganya sangat cantik  muncul di ketiak daun dengan mahkota bunga berwarna kuning terang dan   tabung benang sari berwarna kuning. Karena kecantikannya bunga Londotan  dikunjungi oleh aneka jenis kupu kupu.Banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak, bunga Londotan mempunyai banyak fungsi lainnya sebagai salah satu jenis tanaman obat yang mengandung senyawa antioksidan sehingga dapat mengurangi radikal bebas. Berbagai senyawa kimia yang terkandung didalam tanaman bunga  ' Kancing jas' menjadikannya berpotensi sebagai obat. Daun bunga Gletang Londotan  Coat Button yang dikeringkan dibuat teh dipercaya mampu meredakan asam urat. Bunga Gletang 'Kancing jas' bunga gulma nan cantik membuat keindahan taman.Walaupun pertumbuhannya mengganggu namun ternyata membawa manfaat bagi kehidupan.
'Betapa sepinya dunia tanpa bunga liar'
Ronald R. Kemier
Selamat Pagi
A. Kussemiarti.

Komentar